Perhitungan Displacement pada Model Plaxis dari Data Georadar untuk Zona Longsor

Dalam dunia geoteknik terutama pada bidang ilmu sipil dan geologi teknik sangat penting untuk mengidentifikasi zona sliding, zona lemah, daya dukung pondasi, daya dukung tanah dan lainya sehingga kontruksi yang kita bangun di atasnya bisa di tahan atau kuat. Untuk memperhitungkan berbagai element dan parameter tersebut dilakukan pengeboran untuk mendapatkan nilai properties tanah yang nantinya untuk menghitung daya dukung tanah dan pondasi yang ada di atasnya. salah satu metode untuk menghitung daya dukung tersebut dari data propertis tanah bisa menggunakan metode finite element dengan menggunakan salah satu software yaitu Plaxis.

Selain propertis tanah untuk input permodelan, yang sangat penting juga model lapisan tanah yang di interpretasi dari beberapa titik bor yang di dapat pada saat pengeboran (hasil coring pada core box) dan juga nilai NSPT yang di ambil dari tiap 2m yang di ambil per kedalamanya.

Model lapisan tanah dari data bor tersebut sering kali tidak mencerminkan lapisan bawah permukaan kecuali kondisi tanah yang relatif homogen seperti lapisan pasir di sungai, laut dan beberapa tempat tetapi kadang juga tidak homogen secara luas, sehingga penarikan batas lapisan dari data bor tersebut karena jarak yang relatif jauh sehingga di tarik dari titik 1 ke titik lainya dan tidak mempertimbangkan kondisi tanah di antara titiknya, ketika kondisi tanah yang lunak dan terdapat banyak zona lemah maka akan fatal ketika di inputkan ke model plaxis ini.

Georadar membantu menggambarkan bawah permukaan secara akurat dan detail (per centimeter) sehingga kita tahu kondisi tanah lunak, NSPT yang tidak semuanya lurus dan rata.

gambar di atas merupakan data georadar yang sudah dikalibrasi dengan data bor melalui nilai NSPT nya sehingga kontur pada penampang tersebut merupakan nilai NSPT.

setelah melakukan kalibrasi terhadap data bor, permodelan dilakukan dengan menginput batas lapisan tersebut ke format Plaxis sehingga bisa di pisahkan sesuai nilai propertis tanah nya yang sudah didapatkan dari data Lab.

setelah lapisan sudah di inputkan dan propertis tanah juga sudah dimasukan maka model plaxis siap untuk di running, tetapi juga diinputkan model yang akan di kontruksi di atasnya termasuk beban dan design kontruksinya.

model di atas merupakan hasil plaxis untuk pengecekan respon tanah terhadap model yang sudah diinput. model di atas merupakan bentuk talang pada irigasi dengan model 2 abutment dan 4 pier.

hasil di atas merupakan total displacement Ux.

hasil di atas merupakan total displacement untuk arah y nya (Uy).

Identifikasi Amblesan dan Deformasi Bendungan dengan metode Georadar

Data di bawah merupakan data georadar yang sudah di kalibrasi dengan data bor setempat dan juga kalibrasi terhadap rembesan existing di lapangan. Nilai kontur pada data merupakan nilai kekerasan tanah yang mengindikasikan perlapisan tanah, kekompakan tanah, kandungan air dalam tanah dan juga porositas bawah tanah.

Amblesan dan deformasi dalam bendungan bisa berbeda, jika rembesan adanya kandungan air dalam tubuh bendungan atau lereng hilir yang bisa berasal dari air tampungan hulu atau juga air bawah tanah yang muncul ke permukaan sedangkan deformasi lebih berhubungan dengan adanya penurunan dan pergerakan dari lapisan tanah yang ada. Jika rembesan ada di sebuah tubuh dan lereng bendungan otomatis akan terjadi deformasi di lapisan bawahnya karena pelemahan tanah dan daya dukung tanahnya sedangkan deformasi tanah belum berarti terjadi rembesan di area tersebut.

Karena kalibrasinya hanya dengan data bor dan rembesan existing berarti identifikasi awal harus melalui identifikasi rembesanya terlebih dahulu baru mengidentifikasi deformasinya. Pada warna biru dengan nilai kontur <20 mengidentikan dengan porositas tinggi dengan kandungan air tinggi, ini terjadi pada area dengan kandungan tanah yang basah dan lunak karena ada munculnya air di lokasi tersebut. Pada batas lapisan yang di gambarkan oleh garis putus-putus terutama di bagian warna biru mempunyai batas lapisan yang tidak rata atau naik turun ini menggambarkan adanya penurunan pada tanah tersebut dan pastinya sudah terjadi deformasi pada tanahnya atau uruganya.

pada elevasi -10m merupakan batas kandungan air tinggi yang ditandai dengan warna kuning ke merehan, tetapi masih terjadi deformasi.

Identifikasi Slope atau bidang Gelincir dari Data Georadar

Oasis Montaj: Pengolahan Data Georadar Lengkap di area sungai untuk kontruksi pedestrian dan Alur Sungai

https://www.youtube.com/channel/UCZO5qsUBWm1hcmxdHkQsRyg

MITIGASI KEGAGALAN KONTRUKSI DARI ZONA LONGSOR DENGAN METODE GEORADAR

https://www.youtube.com/channel/UCZO5qsUBWm1hcmxdHkQsRyg

MENGIDENTIFIKASI KEDALAMAN AIR DAN STRATIGRAFINYA DENGAN METODE GEORADAR

MENGUKUR DIMENSI KOLOM ATAU PONDASI KONTRUKSI JALAN LAYANG

Gambar 1. Batas-batas pondasi terdeteksi di domain waktu

pada gambar 1 ditampilkan radargram dengan identifikasi batas-batas kolom atau pancang dengan adanya penurunan hiperbola.

Gambar 2. Batas-batas horizontal pondasi terdeteksi di domain waktu

Pada gambar 2 terlihat adanya penyambungan batas-batas yang merupakan dimensi horizontal atau top pondasinya. Dimensi horizontal terlihat di sekitar 2.5m dari permukaan dengan lebar dimensi 5.5m.

Gambar 3. Analisa dimensi lebar dan kedalaman dengan domain frekuensi

Dengan menggunakan analisa frekuensi, batas horizontal dan vertikalnya terlihat lebih jelas dengan melihat warna merah yang dari atas ke bawah.

Gambar 4. Batas-batas horizontal dan vertikal pondasi

Dari gambar 4 terlihat dimensi totalnya, untuk kedalaman pondasi sekitar 2.6m dan lebar sekitar 5.6m.